Pernahkah Anda membeli sebuah novel tebal, mungkin sekitar 500 halaman, namun saat digenggam rasanya sangat ringan? Sebaliknya, pernahkah Anda membaca buku diktat kuliah yang tipis tapi beratnya minta ampun, dan baru membaca 15 menit mata rasanya sudah pedas?
Jika Anda pernah mengalami hal tersebut, Anda tidak sendirian. Rahasianya bukan pada “sihir” penerbit, melainkan pada pemilihan jenis kertas novel.
Dalam dunia penerbitan dan percetakan profesional, pemilihan kertas novel bukan sekadar urusan budget. Ini adalah tentang estetika buku dan bagaimana menciptakan pengalaman membaca yang optimal bagi audiens Anda. Sebagai praktisi yang telah bergelut tahunan dengan tinta dan serat kertas, saya sering melihat penulis pemula atau self-publisher melakukan kesalahan fatal: memilih kertas yang salah untuk genre bukunya.
Artikel ini akan membedah pertarungan dua raksasa material buku: HVS yang umum kita kenal, melawan Bookpaper yang menjadi standar novel dunia. Kita akan melihatnya dari sisi kenyamanan mata (eye comfort), spesifikasi teknis, hingga efisiensi bisnis.
Mengenal Kontestan: Definisi Dasar
Sebelum masuk ke perbandingan teknis, mari kita samakan persepsi tentang kedua jenis kertas ini.
HVS (Houtvrij Schrijfpapier)
Istilah HVS sebenarnya berasal dari bahasa Belanda, Houtvrij Schrijfpapier, yang berarti “kertas tulis bebas serat kayu”. Secara fisik, kertas ini memiliki ciri khas warna putih cerah (bright white). Ini adalah kertas standar yang Anda temukan di mesin fotokopi, printer kantor, atau buku tulis sekolah. Permukaannya agak kasar namun solid, dirancang untuk kebutuhan tulis-menulis dan dokumen utilitas.
Bookpaper (Kertas Novel)
Di sisi lain, ada Bookpaper atau sering disebut Imperial Paper. Begitu melihatnya, Anda akan langsung mengenali warnanya yang warna krem (creamy) atau gading. Kertas novel ini memiliki tekstur permukaan yang khas, terasa lebih “berisi” namun ringan. Bookpaper atau kertas novel masuk dalam kategori uncoated paper (kertas tanpa lapisan licin/coating), yang memberikan nuansa elegan dan kesan klasik/vintage pada buku. Karena sifatnya yang mengandung serat kayu alami, ia memberikan karakter yang sangat berbeda dibanding kertas putih biasa.
Perbandingan Head-to-Head: Pertarungan Fitur
Mengapa penerbit mayor jarang sekali mencetak novel menggunakan HVS? Jawabannya ada pada tiga aspek teknis berikut ini.
A. Kenyamanan Visual: “Mata Tidak Bisa Bohong”
Faktor utama yang sering diabaikan penulis pemula adalah kesehatan mata pembaca.
HVS memiliki tingkat kecerahan (brightness) yang sangat tinggi. Ketika Anda membaca di bawah lampu atau sinar matahari, permukaan putih cerah HVS memantulkan cahaya kembali ke mata Anda dengan intensitas tinggi. Inilah yang disebut pantulan cahaya (glare). Akibatnya, pupil mata bekerja lebih keras untuk menyesuaikan diri, membuat mata cepat lelah.
Sebaliknya, warna krem (creamy) pada Bookpaper menyerap sebagian cahaya tersebut. Pantulannya jauh lebih rendah dan lembut. Secara optik, kombinasi warna tinta hitam di atas latar belakang krem memberikan kontras teks yang lebih rendah namun cukup, sehingga sangat ramah untuk mata.
Jika tujuan Anda adalah membuat pembaca betah menyelami cerita selama berjam-jam (pengalaman membaca jangka panjang), Bookpaper adalah pemenangnya. Inilah alasan mengapa aspek keterbacaan (readability) pada kertas novel jauh lebih tinggi dibanding buku diktat.
B. Bobot & Ketebalan: Rahasia “High Bulk”
Ini adalah bagian favorit saya karena menyangkut keajaiban teknis percetakan. Seringkali klien bertanya, “Mas, saya mau buku saya terlihat tebal biar kelihatan mahal, tapi jangan berat-berat.”
Jawabannya adalah Bookpaper. Mengapa? Karena Bookpaper memiliki karakteristik High Bulk (Volume tinggi).
Mari bicara data. Kertas HVS 70 gsm (gram per square meter) memiliki ketebalan yang standar dan padat. Namun, untuk Bookpaper atau kertas novel yang memiliki gramasi kertas (GSM) yang lebih rendah, misalnya 57 gsm, bisa memiliki ketebalan fisik yang setara dengan HVS 80 gsm.
Artinya, dengan berat yang lebih ringan, Anda mendapatkan ketebalan punggung buku (spine) yang lebih lebar. Buku jadi terlihat gagah di rak toko buku. Fitur ringan tapi tebal ini sangat krusial. Bayangkan novel Harry Potter dicetak pakai HVS; beratnya mungkin akan seperti batu bata dan membuat tangan pegal. Bookpaper memberikan rasa genggaman (tactile feel) yang pas dan fleksibilitas kertas novel yang baik, memudahkan pembaca saat membolak-balik halaman.
Kertas HVS cenderung kaku dan padat, yang secara signifikan menambah berat total buku.
C. Kualitas Cetak: Warna vs Hitam Putih
Di sinilah HVS membalas pukulan. Karena permukaannya yang lebih cerah dan serat yang lebih rapat, HVS unggul telak untuk cetak full color. Jika buku Anda berisi grafik warna-warni, foto pemandangan, atau diagram medis, HVS mampu menampilkan warna yang mendekati aslinya.
Bookpaper memiliki kelemahan besar: daya serap tinta yang sangat tinggi. Jika Anda mencetak foto berwarna di Bookpaper, tintanya akan meresap ke dalam serat, membuat warna tampak “mendem”, kusam, dan terjadi pergeseran warna yang signifikan.
Selain itu, perhatikan opasitas (tingkat kebayangan). Karena Bookpaper (Kertas Novel) cenderung lebih berpori (porous), pada gramasi rendah (52-55 gsm), bayangan tulisan di halaman sebaliknya kadang terlihat (ghosting). HVS umumnya memiliki kestabilan dimensi dan opasitas yang lebih baik untuk ketebalan yang sama.
Jadi, Bookpaper adalah raja untuk cetak hitam putih (BW) atau teks, sementara HVS adalah ratu untuk dokumen berwarna.
Kelebihan dan Kekurangan (Ringkasan Pro & Kontra)
Untuk memudahkan Anda menimbang, berikut rangkuman dari pengalaman lapangan kami:
HVS (Si Putih Standar)
- Kelebihan:
- Sangat tersedia di pasaran dan murah.
- Hasil cetak warna lebih hidup dan tajam.
- Permukaan halus (pada jenis tertentu) memudahkan penulisan catatan pinggir.
- Cocok untuk dokumen yang membutuhkan kesan bersih dan formal.
- Kekurangan:
- Bobot buku menjadi sangat berat.
- Menyebabkan mata lelah karena silau.
- Tidak memberikan tampilan premium untuk buku bacaan santai.
Bookpaper (Si Elegan Klasik)
- Kelebihan:
- Kenyamanan mata (eye comfort) maksimal untuk bacaan panjang.
- Buku terlihat tebal namun sangat ringan (High Bulk).
- Memberikan tampilan premium dan estetika buku yang mahal.
- Tekstur permukaan kasar yang khas memberikan sensasi sentuhan yang “hangat”.
- Kekurangan:
- Tidak cocok untuk gambar detail atau blok warna solid.
- Umur simpan (durabilitas) sedikit lebih rentan terhadap oksidasi (menguning) jika tidak disimpan dengan baik, meskipun ini justru menambah kesan vintage.
Kapan Harus Menggunakan Apa? (Panduan Penggunaan)
Sebagai konsultan percetakan, saya selalu menanyakan “Siapa yang akan membaca buku ini?” sebelum merekomendasikan kertas. Berikut panduannya:
Pilih HVS Jika Anda Mencetak:
- Buku ajar/Pelajaran sekolah yang banyak diagram dan gambar.
- Dokumen resmi/Skripsi, tesis, atau laporan perusahaan.
- Buku anak-anak yang membutuhkan ilustrasi warna-warni.
- Buku teknis di mana kecerahan dan detail gambar adalah prioritas.
Pilih Bookpaper Jika Anda Mencetak:
- Cetak novel fiksi, antologi cerpen, atau puisi. Ini adalah standar penerbitan mayor.
- Buku biografi, memoar, atau buku motivasi (self-improvement).
- Buku agama atau kitab suci (karena ringan dan ramah untuk mata saat dibaca lama).
- Buku yang ingin Anda jual dengan harga premium demi menjaga reputasi brand penerbitan Anda.
Aspek Bisnis: Efisiensi dan Distribusi
Poin terakhir ini sering luput dari perhitungan penulis indie: Logistik.
Pemilihan kertas berdampak langsung pada dompet Anda di luar biaya cetak. Karena Bookpaper lebih ringan, biaya distribusi/pengiriman menjadi lebih murah. Bayangkan jika Anda mengirim 100 buku ke distributor luar pulau. Selisih berat 100 gram per buku antara HVS dan Bookpaper bisa menghemat biaya ekspedisi hingga jutaan rupiah dalam skala besar.
Dari sisi efisiensi biaya cetak, harga bahan baku Bookpaper dan HVS kini cukup kompetitif. Namun, “nilai jual” yang Anda dapatkan dari Bookpaper seringkali lebih tinggi. Pembaca cenderung lebih rela membayar mahal untuk buku yang tebal dan memiliki nuansa elegan dibanding buku yang tipis dan terlihat seperti makalah sekolah.
Kesimpulan
Pada akhirnya, tidak ada kertas yang “paling sempurna”, yang ada hanyalah kertas yang “paling tepat” untuk tujuan Anda. HVS menawarkan kejernihan dan utilitas, sementara Bookpaper menawarkan kenyamanan dan estetika buku.
Saran profesional saya: Jika buku Anda didominasi teks dan ingin dibaca sampai habis dalam sekali duduk, gunakanlah Bookpaper. Jangan siksa mata pembaca Anda dengan kertas putih yang menyilaukan. Investasi pada kertas yang tepat akan meningkatkan keterbacaan (readability) dan pada akhirnya, kepuasan pembaca terhadap karya Anda.
Jadi, untuk proyek cetak Anda berikutnya, apakah Anda akan memilih si putih yang tajam atau si krem yang menenangkan? Pilihan ada di tangan Anda.
